Saturday, April 7, 2012

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Sidik Jari Sebagai Identitas

 Mukjizat Alquran tentang Sidik Jari Sebagai Identitas

 Setiap orang, termasuk mereka yang terlahir kembar identik, memiliki pola sidik jari yang khas dan berbeda satu sama lain. Itulah sebabnya, sidik jadi menjadi tanda pengenal manusia untuk membedakan seseorang dengan orang lainnya. 

Menurut Harun Yahya, sistem pengkodean ini dapat disamakan dengan sistem kode garis (barcode) sebagaimana yang digunakan saat ini. Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. 

Apa pasal? Menurut Harun Yahya, hal itu disebabkan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.

Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan di seluruh penjuru dunia. Keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19 M. 

Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Alquran, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.

Pada abad ke-7 M, Alquran telah menyebutkan bahwa sidik jari menjadi tanda pengenal manusia. Dalam Alquran disebutkan mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus ditekankan dalam sebuah ayat.

Simaklah surah Al-Qiyamah ayat 3-4:

"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4).

Sungguh Alquran adalah firman Allah yang Maha Benar.

Subhanallah, Guntur dan Kilat pun Bertasbih Memuji Allah SWT

Subhanallah, Guntur dan Kilat pun Bertasbih Memuji Allah SWT

Pernahkah kita berpikir bagaimana guntur –- sebagai salah satu peristiwa atmosfer terhebat yang Allah ciptakan -- itu terbentuk? Dan bagaimana pula guntur mampu melepaskan sejumlah energi yang demikian besar?

Menurut Harun Yahya, selama hujan, guntur dan kilat yang tersusun dari pembentukan cahaya-cahaya terang akibat pelepasan energi listrik di ruang atmosfir, sesungguhnya merupakan sumber energi yang menghasilkan listrik lebih besar dari pada ribuan pembangkit listrik–di samping sebagai fenomena iklim. 

Inilah kehebatan dan keajaiban kilat dan petir: 

* Energi yang dilepas oleh sekali kilatan petir lebih besar dari pada energi yang dihasilkan seluruh pembangkit listrik di Amerika.

* Satu kilatan petir dapat menyalakan 100 watt bola lampu selama lebih dari tiga bulan.

* Pada titik sentuh petir ke bumi, cuaca memanas hingga 25.000 derajat Celcius. Kecepatan kilatan petir 150.000 km/detik dan rata-rata ketebalannya 2,5-5 cm.

* Petir menghasilkan molekul nitrogen yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan di Bumi utuk menunjang kehidupanya.

* Setiap petir rata-rata memiliki 20.000 amper daya listrik. Seorang tukang las hanya menggunakan 250-400 amper untuk mengelas baja.

* Petir bergerak pada kecepatan 150.000 km/detik, hampir setengah kecepatan cahaya dan 100.000 kali lebih cepat dari kecepatan suara.

''Suara yang dilepaskan oleh satu kilatan lebih besar dari pada cahaya 10 juta bola lampu berdaya 100 watt. Jadi, apabila setiap rumah di Istanbul, Turki menyalakan satu bola lampu, pancaran cahaya dari satu kilatan petir akan lebih besar,'' ungkap Harun Yahya. 

Allah menyatakan fenomena kilat yang menakjubkan ini sebagai berikut “…Kilauan kilatnya hampir membutakan pandangan.” (al-Nur: 43)
 
Bagaimanakah kilat terbentuk?

Menurut Harun Yahya, udara–yang dipanaskan oleh cahaya matahari–naik membawa molekul-molekul air yang menguap di dalamnya. Ketika udara yang naik ini mencapai ketinggian 2-3 km, udara tesebut bersentuhan dengan lapisan udara dingin. Saat kenaikan udara, kristal-kristal es yang terbentuk di dalam awan melepaskan energi listrik statis yang terbentuk karena pergesekan. Energi listrik ini mengandung unsur positif (+) pada lapisan atas awan dan unsur negatif (-) pada lapisan bawahnya. Ketika awan cukup terisi untuk mengionisasi udara; maka petir terbentuk.
 

Mengapa bisa bergemuruh?

Menurut Harun Yahya, petir memanaskan udara di sekitarnya hingga 30.000 derajat celcius dalam sepersejuta detik. Udara yang dipanskan meluas, dan menyebarkan gelombang suara yang lebih cepat dari kecepatan suara; dengan tekanan 100 kali lebih besar dari tekanan atmosfir normal. Sama halnya dengan pesawat yang melintas dengan kecepatan suara, ini menyebabkan ledakan suara (gemuruh) di udara, sehingga dinamakan gemuruh/guntur.

Mengapa cahaya dan suara guntur tidak bersamaan mencapai bumi?

Harun Yahya mengungkapkan, hal ini dikarenakan suara guntur mencapai pendengaran kita dengan kecepatan suara (340 m/detik di udara); sedangkan petir mencapai visual (penglihatan ) kita dengan kecepatan cahaya (99, 793 km/detik). Ini menyebabkan perbedaan waktu antara dua peristiwa, dan dengan demikian membuat kilatan (petir) mencapai bumi lebih sebelum guntur.

Apa perbedaan antara kilat dan petir?

Ketika perbedaan muatan listrik menjadi lebih besar antara bumi dan awan, udara menjadi lebih mudah ditembus dari bumi ke awan; pelepasan energi listrik dimulai melalui saluran penghantar yang dibentuk oleh udara yang ditembus itu. Pelepasan energi listrik dari awan disebut dengan kilat, dan pelepasan energi listrik dari bumi disebut petir atau sambaran balik.
 
Kebenaran kilat yang dinyatakan dalam Alquran

Guruh atau Guntur ternyata terpilih menjadi nama salah satu surah dalam Alquran, yakni surah al-Ra’d. Allah memberitahukan bahwa guntur dibentuk oleh kilat yang bertasbih memuji-Nya: “Dan guruh bertasbih memuji-Nya (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya…” (al-Ra’d: 13)

Inilah Mukjizat Alquran tetang Mengembangnya Alam Semesta

Inilah Mukjizat Alquran tetang Mengembangnya Alam Semesta


REPUBLIKA.CO.ID Hingga awal abad ke-20, dunia ilmu pengetahuan meyakini adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, kata Harun Yahya, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. 

''Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang,'' ujar Harun Yahya.

Sesungguhnya, fenomena mengembangnya alam semesta telah diungkapkan dalam Alquran yang diturunkan 14 abad silam,  di saat ilmu astronomi masih terbelakang.

Mari simak firman Allah SWT dalam surah Az-Zariyat [51] ayat 47: "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." 

Menurut Harun Yahya, kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Alquran dengan makna luar angkasa dan alam semesta. 

''Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Alquran dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini,'' paparnya.

Maha Benar Allah dengan Segala FirmanNya

Friday, April 6, 2012

Inilah Mukjizat Alquran tentang Kadar Hujan

Inilah Mukjizat Alquran tentang Kadar Hujan 

ilustrasi-hujan-_120328082730-958.jpg

Berdasarkan hasil penelitian, dalam satu detik, sekitar 16 jutar menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. 


Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah "tetap": yakni 513 triliun ton. Menurut Harun Yahya, fenomena alam itu sesunguhnya telah dinyatakan dalam Alquran sejak abad ke-7 M dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari langit menurut kadar". 

Mari kita simak Alquran surah Az-Zukhruf [43] ayat 11, ''Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).''

Menurut Harun Yahya, air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. ''Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini,'' ujar pemilik nama asli Adnan Oktar ini.

Bahkan, kata dia, sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini. Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini.

Satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Alquran.

Maha Benar Allah SWT dengan Segala Firmannya..


Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Pemisahan Langit dan Bumi

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Pemisahan Langit dan Bumi

''Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS Al-Anbiya [21]:30)

Menurut Harun Yahya, kata "ratq" yang diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.

Peristiwa Big Bang, kata Harun Yahya, mengungkapkan bahwa Allah telah menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Big Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori tandingan guna menentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori Big Bang diterima secara penuh oleh masyarakat ilmiah.

Menurut Wikipedia, ledakan dahsyat atau dentuman besar (Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta.

Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.

''Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini,'' ungkap Harun Yahya.  Dalam ayat tersebut, kata dia, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. 

Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk. (republka.co.id)

Thursday, April 5, 2012

GUNUNG SANG PASAK

GUNUNG SANG PASAK


“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?”
Sepanjang sejarah, manusia selalu terpana oleh tinggi dan besarnya gunung. Mereka menganggap bahwa gunung adalah tempat suci, tempat bersemayan Tuhan. Orang Jepang menyakralkan Gunung Fuji. Dewa-dewi orang Yunani tinggal di Gunung Olympus. Pegunungan Himalaya merupakan tempat dewanya orang India dan Tibet. Gunung Bromo merupakan kahyangan penduduk Tengger. Gunung Agung tempat dewanya orang Bali. Semua mengaitkan gunung pada fungsi mistik supranatural. Hanya Islam yang menempatkan kembali fungsi gunung secara ilmiah.
Dalam Al-Quran, kita temukan kata gunung sebanyak 49 kali. Di antaranya, 22 ayat menyebutkan fungsi gunung sebagai pasak atau tiang pancang. Pasak atau paku besar merupakan benda yang menancap ke dalam. Artinya, kepala pasak yang tampak di luar selalu jauh lebih pendek dibanding panjangnya batang yang terhujam. Ketika agama-agama primif selama ribuan tahun hanya takjub pada ketinggian gunung, Al-Quran mementahkan kekaguman sesat mereka itu. Ternyata bukan tingginya, tetapi kedalaman akar gunung yang menghujam sampai 15 kali lipat dari tinggi di atas permukaan bumi, itulah yang lebih dahsyat. Al-Quran menegaskan bahwafungsi gunung adalah pasak bumiyang memancang ke bawah tanah dengan kokoh. Itu adalah sebuah konsep gunung yang sangat mutakhir dan baru dikenal. Baru 20 tahun yang lalu para ahli geofisika menemukan bukti bahwa kerak bumi berubah terus. Ketika itu baru ditemukan teori lempeng tektonik (plate theory) yang menyebabkan asumsi bahwa gunung mempunyai akar yang berperan menghentikan gerakan horisontal lithosfer.
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak goncang bersama kamu….” (Q.S. An-Nahl : 15)

Rasulullah SAW bersabda, “Tatkala Allah menciptakan bumi, bumi bergoyang dan menyentak, lalu Allah menenangkannya dengan gunung.” Bagaimana mungkin Nabi SAW yang buta huruf dan hidupnya di abad ke-6 di tengah masyarakat padang pasir, bisa mengetahui tentang gerakan horisontal lithosfer bumi yang berfungsi manstabilkan goncangan? Subhanallah.
Memang, sejak tahun 1620-an, para ilmuwan seperti Francis Bacon dan RPF Placet dari Prancis mengamati kemungkinan bahwa dahulu benua Amerika, Eropa, dan Afrika pernah menyatu. Pada 1858, Antonio Snider mengemukakan konsep Continental Drift, mengembangnya benua-benua. Kemudian menurut ahli geologi Austria, Eduard Suess, semua benua dulunya memang satu, diberi nama Godwanaland. Sedangkan ilmuwan Jerman, Alfred Wegener menamakannya Pangea. Namun, teori-teori itu belum mendapatkan pengesahan, sampai tahun 1960-an saat ditemukannya bukti-bukti meyakinkan bahwa benua-benua memang bergerak. Kecepatan pergerakan itu 1 cm per tahun di Laut Arktik, 6 cm per tahun di khtulistiwa, sampai 9 cm per tahun di jalur pegunungan. Dan itu adalah 1400 tahun setelah Al-Quran memberitahukan tentang konsep gunung kepada manusia! Allahu Akbar.
Teori lempeng tektonik menyebutkan bahwa kulit bumi barupa 12 lempeng lithosfer setebal 5 sampai 100 km mengapung di atas substratum plastik (astenosfer), yang tebalnya sampai 300 km. Lempengan itu bergerak secara horisontaldan saling bertabrakan dari waktu ke waktudan terlipat ke atas dan ke bawah, melahirkan gunung-gunung. Misalnya, tabrkan lempeng India dan lempeng Eurasia menghasilkan formasi rantai pegunungan Himalaya dengan puncak tertingginya Gunung Everest setinggi 8,848 km, ternetuk mulai 45 juta tahun yang lalu. Fase akhir terbentuknya gunung ditandai dengan akar yang jauh menancap ke dalam bumi. Hal ini yang menyebabkan lambatnya pergerakan lempeng lithosfer. Itulah fungsi gunung. Tanpa gunung, gerakan lithosfer akan lebih cepat dan tabrakan antar lempeng akan lebih drastis dan mungkin membahayakan kehidupan. Wallahu a’lam(Muh. Tahir)